By Udin Wiratno
Tahun 2008 bisa dibilang tahun yang ironis bagi dunia ekonomi dan bisnis. Tahun ini diawali dengan sebuah optimisme ekonomi yang besar dan diakhiri dengan tragedi krisis finansial global yang menimbulkan pesimisme untuk tahun 2009, setelah pada 2007 bank dianggap tidak maksimal dalam menyalurkan kredit untuk mendorong pertumbuhan sektor riil.
Pemerintah menstimulus perekonomian dengan menurunkan suku bunga supaya bank sebagai lembaga intermediasi berperan maksimal mendorong laju pertumbuhan ekonomi tahun 2008.
Guna mendorong pertumbuhan sektor riil, BI menurunkan tingkat suku bunga menjadi 8% untuk awal tahun 2008 supaya perbankan lebih agresif dalam menyalurkan pendanaan pada sektor dunia usaha. Hasilnya pertumbuhan kredit perbankan melaju pesat hingga pada Agustus pencapai Rp. 1.246.600 miliar.

Tekanan ekonomi pertama pada tahun 2008 datang dari keberadaan minyak. Pertengahan 2008, seolah minyak menjadi barang langka dan hasilnya harga minyak dunia melambung mencapai US$ 142.69 per barel. Seketika itu pemerintah tidak bisa menampung beban subsidi minyak yang pada perencanaan APBN harga minyak dipatok sekitar US$60 sampai US$70 per barel.

Pemerintah terpaksa harus mengurangi subsidi BBM dengan menaikan harga BBM nasional yang menyebabkan lonjakan inflasi 12,16% seiring dengan peningkatan permintaan barang pada hari raya Idulfitri.

Tekanan ekonomi kedua datang dari luar yaitu krisis finansial Amerika Serikat yang menyebabkan krisis finansial global. Tekanan ekonomi untuk tahun 2008 semakin bertambah ketika krisis finansial global menyebabkan likuiditas nasional tersendat dan nilai rupiah terdepresiasi. Gejolak di pasar modal membuat setiap orang waswas krisis ekonomi tahun 1998 akan terulang kembali.

Sejauh ini, krisis finansial global yang menyebabkan gejolak di pasar modal dan kekeringan likuiditas di sektor finansial berhasil ditangani dengan baik oleh pemerintah. Pemerintah berhasil menjaga gejolak nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh level Rp. 12.650 per US$1, meredam gejolak di pasar modal dan menjaga likuiditas perbankan dengan melakukan pendekatan langsung kepada pelaku pasar. Sejauh ini, pemerintah berhasil menjaga aliran dana luar negeri yang keluar masuk ke Indonesia dengan mempertahankan keseimbangan instrumen ekonomi.

Dipastikan tekanan krisis finansial global akan berlanjut sampai 2009. Resesi ekonomi Amerika dan negara-negara tujuan ekspor utama akan berdampak pada sektor industri nasional. Dengan mempertimbangkan alur distribusi perdagangan internasional, dampak krisis finansial global akan mencapai puncaknya setelah 6 bulan ke depan terhitung dari tanggal 15 Oktober 2008 sebagai tanda terjadinya krisis yang ditandai dengan kejatuhan Lehman Brothers.

Dampak krisis finansial global akan menekan dunia usaha untuk tahun 2009. Volume ekspor nasional dan daya beli masyarakat dipastikan akan menurun.Sektor komoditas yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 29,9% mengalami tekanan berupa penurunan harga.
Penurunan harga komoditas akan menyebabkan tekanan daya beli masyarakat yang bertumpu pada kegiatan bisnis pertanian, perkebunan, dan pertambangan. Kegiatan dunia usaha tahun 2009 juga masih dibayangi dengan PHK bagi perusahaan yang menggantungkan pasar ekspor sebagai tujuan utama.

Bertindak Taktis

Melihat keadaan tersebut pada tahun 2009 para pelaku usaha harus bekerja keras untuk mempertahankan bisnisnya. Supaya dapat melewati tahun 2009 dengan sukses perusahaan harus bertindak taktis, dengan cepat menyesuaikan diri dengan keadaan.

Beberapa langkah yang dapat diambil oleh sektor dunia usaha untuk melalui tahun 2009 adalah sebagai berikut:

– Tahun 2009 dapat dijadikan momentum untuk menyeimbangkan pasar bagi dunia usaha atau perusahaan. Untuk bertahan dari dampak krisis global dunia usaha atau perusahaan harus mulai melakukan diversifikasi pasar dengan mengembangkan pasar baru seperti Timur Tengah, Rusia, Afrika dan negara bekas Uni Soviet yang sebelumnya tujuan pasar utama perusahaan nasional adalah Amerika Serikat dan Eropa. Walaupun membutuhkan waktu setidaknya dapat menjadi portofolio investasi pasar perusahaan di masa yang akan datang.
– Tahun 2009 dapat dijadikan momentum untuk mengembangkan pasar lokal. Selama ini banyak potensi pasar nasional yang dikuasai oleh perusahaan asing, perusahaan dapat mengembangkan pasar lokal dengan memperkuat image produk perusahaan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah memperkuat brand image produk nasional baik yang di pasar lokal maupun dipasar internasional dengan sistem pemasaran yang efektif.
– Tahun 2009 dapat dilalui dengan me-review kembali efisensi atau efektivitas kegiatan bisnis perusahaan. Seperti masalah yang terjadi di industri nasional pada umumnya bagi dunai usaha atau perusahaan, tahun 2009 juga dapat diisi dengan melakukan perbaikan (efisiensi) sistem distribusi.
– Pada tahun 2009, saatnya merapatkan barisan baik pemerintah, dunia usaha dan pelaku ekonomi lainnya untuk mempererat kerja sama sehingga dapat menjadi satu kesatuan ekonomi nasional.

Apa pun yang akan terjadi di tahun 2009 kesempatan pasti selalu ada, baik yang bersifat jangka panjang maupun kesempatan yang langsung dapat dirasakan (jangka pendek). Hanya dengan komitmen dan kerja keras pelaku ekonomi pada setiap elemen dapat menghadapi tantangan pada tahun 2009. Dampak krisis finansial global dan keadaan ekonomi yang kurang mendukung pada tahun 2009 harus dapat dijadikan kesempatan bagi dunia usaha untuk meningkatkan kinerja pada masa yang akan datang.

Telah di Publikasikan di: Bisnis Indonesia, Selasa, 16 Desember 2008

Gambar: http://anugrahjayabandung.webs.com/business.jpg